Sunday, August 31, 2014

GEREJA BERMASALAH?

Melakukan evaluasi berkala terhadap gereja kita amatlah perlu. Sungguh amat penting sekali bagi paderi dan majlis gereja memeriksa kadar pertumbuhannya secara sistematik bagi memastikan ia tetap sihat.

Dengan evaluasi kita mengenalpasti kekurangan dan aspek yang perlu diperbaiki. Ibaratnya, kebakaran sebelum api membesar dan menghanguskan semua yang ada, evaluasi menolong kita memadamkan api sejak masih kecil.

Seorang penulis dan pakar kepemimpinan serta pertumbuhan gereja, Perry Noble, menjelaskan 15 perkara sebagai indikator kepada gereja yang bermasalah:

1. Ketika ada masalah muncul, lebih banyak alasan/excuse yang dikemukakan berbanding solusi memecahkan masalah itu.

2. Ketika gereja menjadi puas dengan hanya menerima orang yang datang dan bukan benar-benar pergi keluar untuk menjangkau mereka yang terhilang. Gereja kehilangan ghairah dan semangat untuk melakukan misi dan penginjilan!

3. Fokus gereja hanyalah untuk membangun sebuah gereja megah dan besar
tetapi tidak membangun Kerajaan Allah.

4. Kepemimpinan yang mulai puas dengan kemampuannya sendiri daripada mengandalkan kekuatan supranatural dari Roh Kudus.

5. Gereja mulai melihat keberhasilan atau kegagalan melalui ukuran sebuah organisasi dunia dan bukan dengan mentaati Amanat Agung Tuhan Yesus Kristus.

6. Para pemimpin dalam gereja berhenti bertumbuh dan tidak bersedia untuk belajar lebih lagi dalam memperlengkapi diri.

7. Hilangnya hubungan dengan Allah dan kasih di antara jemaat. Sehingga neraka tidak lagi panas, dosa tidak lagi salah, dan salib tidak lagi penting malah mengasihi sesama bukan lagi kewajiban.

8. Alkitab tidak lagi menjadi pedoman utama dalam pembuatan keputusan. 

9. Gereja menjadi lebih reaktif dan bukannya proaktif. 

10. Orang-orang di gereja melupakan generasi berikutnya dan menolak untuk mendanai pelayanan hanya karena mereka tidak mengerti "generasi muda." 

11. Tujuan dari gereja adalah untuk sekadar menjaga segala sesuatu yang telah ada. Gereja menjadi berada di zon selesa (comfort zon) dan tidak lagi mahu “diusik” serta “mengusik” terutama kepada penyumbang terbesar di dalam gereja.

12. Gereja tidak lagi bersedia untuk mengambil langkah iman kerana "ada terlalu banyak yang harus dikorbankan." 

13. Gereja tidak lagi peduli pada keperluan yang ada di dalam masyarakat. 

14. Jemaat menjadi bergantung pada satu orang untuk melayani semua orang dan bukannya memberdayakan semua orang sehingga gereja boleh bertumbuh sebagai satu kesatuan tubuh yang harmoni.

15. Ketika para pemimpin menolak untuk bekerja lebih dalam memimpin dan melayani kerana hal tersebut menimbulkan rasa tidak selesa dan sulit.

No comments:

Post a Comment

Leave your message